Critical Book Review

Critical Book Review

MODUL KURIKULUM dan PEMBELAJARAN

(Muhammad Arifin, M.Pd , 2021)

PERENCANAAN dan PENGEMBANGAN KURIKULUM

(Dr. Muhammad Busro , 2017)

                                   

                                                

              
 

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan Kurikulum dan Pembelajaran

Oleh,

SITI NURHALIZA/2002050068


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mandiri Critical Book Review ini dalam keadaan sehat dan tanpa adanya halangan. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran, Bapak Muhammad Arifin, M.Pd yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami semua.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada teman-teman yang sudah membantu saya dalam menyusun tugas Critical Book Review ini. Tanpa bantuan kalian, saya mungkin tidak dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah KURIKULUM dan PEMBELAJARAN.

Harapan saya dalam menyelesaikan tugas ini yaitu, semoga hasil dari review dan kritik saya ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua orang. Saya sadar bahwa hasil dari penyelesaian tugas saya ini masih memiliki banyak kesalahan dan kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya membutuhkan kritik serta saran untuk tugas saya ini.

Demikianlah penyelesaian tugas Critical Book Review saya ini saya susun. Atas perhatian Dosen pengampu mata kuliah KURIKULUM dan PEMBELAJARAN serta teman-teman sekalian, saya mengucapkan terimakasih.


Medan, 04 November 2021

 

SITI NURHALIZA



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

                             A. Manfaat Critical Book Review ….….…….…….……………………. 1

         B. Tujuan Penulisan Critical Book Review …………………………….. 1

         C. Identitas Buku Yang di Review ……………………………………… 1

BAB II. RINGKASAN ISI BUKU …………………………………………….. 3

                 Ringkasan Isi Buku Wajib

             A. BAB I Definisi dan Fungsi Kurikulum ……………………………… 3

             B. BAB II Peranan Kurikulum …………………………………………. 5

             C. BAB III Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum …………. 6

             D. BAB VI Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum ……….. 8

             E. BAB VII Organisasi Pengembangan Kurikulum …………………... 10

             F. BAB VIII Model Pengembangan Kurikulum ………………………. 11

              Ringkasan Isi Buku Pembanding

             A. BAB I Konsep Kurikulum ………………………………………….. 12

             B. BAB II Perencanaan Kurikulum …………………………………… 15

             C. BAB III Filosofi Pengembangan Kurikulum ………………………. 16

             D. BAB V Desain Kurikulum ………………………………………… 17

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………….. 19

            A. Pembahasan Isi Buku ……………………………………………….. 19

            B. Kelebihan dan Kekurangan Buku …………………………………… 21

BAB IV PENUTUP …………………………………………………………… 23

              A. Kesimpulan ………………………………………………………… 23

              B. Saran ……………………………………………………………….. 23

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 24


BAB I

PENDAHULUAN

A. Manfaat Critical Book Review

Manfaat dari Critical Book Review ini yaitu:

1. Untuk mengetahui segala pembahasan materi yang berkaitan dengan Kurikulum dan Pembelajaran.

2. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat berpikir kritis serta mendapatkan pemahaman dari hasil Critical Book Review yang dilakukan.

3. Dapat membantu mengembangkan pemikiran mahasiswa/mahasiswi dalam melakukan suatu analisis terhadap sesuatu.

4. Untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.


B. Tujuan Penulisan Critical Book Review

Adapun tujuan dari penulisan Critical Book Review ini yaitu:

1. Melakukan perbandingan antara isi buku 1 dengan isi buku 2.

2. Mengetahui informasi yang ada pada kedua buku.

3. Melatih kemampuan mahasiswa/mahasiswi dalam mencari sebuah informasi penting terkait mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.

4. Mengulas isi dari kedua buku.

5. Mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing buku yang di review.


C. Identitas Buku Yang di Review (Buku Wajib dan Buku Pembanding)

IDENTITAS BUKU 1 (Buku Wajib)

Judul: Modul Kurikulum dan Pembelajaran

Edisi: 1

Pengarang: Muhammad Arifin, M.Pd., Uun Ahmad Saehu, M.Pd., Enny Rahayu, M.Hum., Ismail Saleh Nasution, M.Pd., Dra. Jamila, M.Pd., Sri Wahyuni, M.Pd., Ryan Taufika, M.Pd., Samidi, M.Pd., Surya Wisada Dachi, S.Pd., M.Pd., Drs. Tepu Sitepu, M.Pd.

Penerbit: UMSU PRESS

Kota Terbit: Medan

Tahun Terbit: 2021

ISBN: 978-623-6888-06-3

 

IDENTITAS BUKU 2 (Buku Pembanding)

Judul: Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum

Edisi: 1

Pengarang: Dr. Muhammad Busro & Dr. Siskandar, M.A.

Penerbit: Media Akademi

Kota Terbit: Yogyakarta

Tahun Terbit: 2017

ISBN: 978-602-6435-45-3

 

BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

1. Ringkasan Buku 1 ( Buku Wajib)

A. BAB I (Definisi dan Fungsi Kurikulum)

a.3.1. Defenisi Kurikulum

Wiggins & MC Tighe (Ansyar, 2015; 22) menyatakan kurikulum pada umumnya adalah rancangan yang membuat seperangkat mata pelajaran dan/ atau materinya yang akan dipelajari, atau yang akan diajarkan guru kepada siswa. Dengan kata lain, kurikulum mengacu pada cetak biru pembelajaran (specific blue print for learning) untuk memetik suatu hasil yang diinginkan. Sedangkan istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali / penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. (Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pengajaran, 2013, 2). 

Didin Nurdin dan Sibaweh (2015,127) menjelaskan, kurikulum adalah program belajar yang diharapkan dimiliki siswa di bawah tanggungjawab sekolah dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Sehingga, kurikulum sebagai program belajar bagi siswa harus memiliki tujuan yang ingin dicapai, isi program yang harus diberikan dan strategi bagaimana melaksanakan program tersebut.

a.3.3. Fungsi Kurikulum

Asep Herry Hernawan dan Riche Cynthia (Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran UPI, 2013, 9-10) menjelaskan fungsi kurikulum, Bagi Guru, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bagi Kepala Sekolah / Pengawas, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan.

Bagi Orangtua, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi Masyarakat, Kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberi bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi Siswa, Kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar. Selanjutnya, fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik ada enam fungsi.

1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

2. Fungsi Integrasi (the integrating function)

Fungsi ini mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.

3. Fungsi Diferensial (the differentiating function)

Fungsi ini mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.

4. Fungsi Persiapan (the prapaedutic function)

Fungsi persiapan mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.

     5. Fungsi Pemilihan (the selective function)

Fungsi pemilihan ini mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

6. Fungsi Diagnotik (the diagnostic function)

Fungsi diagnotif ini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

B. BAB II (Peranan Kurikulum)

b.3.1. Peranan Kurikulum

1. Peranan Konservatif

Kebudayaan mencakup aturan yang berisi kewajiban dan tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak atau tindakan yang dilarang dan diizinkan. Semua kebudayaan yang sudah membudaya harus ditransmisikan kepada anak didik selaku generasi penerus. Oleh karena itu, semua ini menjadi tanggungjawab kurikulum dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna membina perilaku anak didik. Jadi, kurikulum bertugas menyimpan dan mewariskan nilai-nilai budaya.

2. Peranan Kreatif                     

Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dapat dibutuhkan dalam kehidupannya. (Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, UPI, 2013,11)

3. Peranan Kritis dan Evaluatif

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini kurikulum dituntut aktif berpartisipasi dalam dalam control atau filter sosial.

b.3.2. Peran Guru dalam Kurikulum

1. Implementers

Sebagai implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima sebagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Pada fase ini sebagai implementor kurikulum, peran guru dalam pengembangan kurikulum sebatas hanya menjalankan kurikulum yang telah disusun.

2. Adapter

Peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Dalam fase ini guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan peran guru sebagai implementers.

3. Developers

Peran sebagai Developers, guru memiliki kewenangan dalam mendesain kurikulum guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, akn tetapi juga menetukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya, guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi, dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. 

4. Researchers

Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggungjawab dalam meningkatkan kinerja sebagai guru. Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggungjawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum.

C. BAB III (Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum)

c.3.1. Landasan Kurikulum

1. Landasan Filosofis

Landasan ini mengambil dari kata filsafat yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu kata “philos” dan “Sophia”. Philos, artinya cinta yang mendalam Sophia adalah kearifan dan kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum.

1. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu.

2. Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajar yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.

4. Melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.

2. Landasan Psikologis

Psikologi perkembangan menyangkut soal perkembangan karena sangat penting memahami psikologi perkembangan sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberi bantuan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, maupun dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. 

3. Landasan Sosiologis-Teknologis

Kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi memuat segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakatnya. Sehubungan dengan penentuan asas sosiologis-teknologis inilah perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan masyarakat.

c.3.2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

1. Prinsip Relevansi

Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal.

Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Sedangkan relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

2. Prinsip Fleksibilitas

Prisip fleksibilitas memiliki dua sisi, yakni refleksi bagi guru. Artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

3. Prinsip Kontinuitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Untuk menjaga agar prinsip ini berjalan maka diperlukan kerjasama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang dan jenis pendidikan dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.

4. Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas dan efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. 

5. Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.

D. BAB VI (Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum)

f.3.1. Definisi Komponen

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan kurikulum. Pengembangan kurikulum pada dasrarnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan merupakan suatu siklus dari beberapa komponen, yaitu tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi.

f.3.2. Komponen Tujuan

Tujuan dalam komponen kurikulum memiliki peranan penting untuk mengarahkan semua kegiatan pembelajaran yang mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal;

Pertama, Perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Saat ini, tuntutan proses pembelajaran diajarkan bagaimana bertujuan pada problem salving, kolaboratif, dan berpikir kritis. Satuan pendidikan diminta untuk berpikir merumuskan tujuan kurikulum sesuai dengan tuntutan tersebut. Kedua, didasarkan pada pemikiran-pemikiran global yang terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofi, terutama falsafah negara, dan nilai-nilai yang dianut oleh satuan pendidikan, serta dimana lembaga tersebut berada. Nurgiyantoro (Alhamuddin,2019;6).

f.3.3. Komponen Isi/Materi

Komponen kedua setelah tujuan yaitu isi atau materi kurikulum. Komponen ini memiliki peran yang sangat penting dan turut menentukan kualitas suatu kurikulum lembaga pendidikan. Dengan demikian, isi kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan kurikulum.

f.3.4. Komponen Metode/Proses

Dari dua komponen di atas, komponen yang tak kalah penting dalam komponen kurikulum yakni metode maupun proses. Alhamuddin (2019; 6) menyatakan komponen metode atau proses pembelajaran perlu disusun secara sistematis dan melibatkan beberapa pakar, baik itu guru, ahli pembelajaran dan media pembelajaran. Sehingga dapat menghasilkan sebuah rumusan yang mudah untuk dilaksanakan oleh guru di lapangan.

f.3.5. Komponen Evaluasi

Komponen utama selanjutnya setelah merumuskan tujuan, bahan ajar, metode/proses adalah evaluasi. Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses implementasi pembelajaran secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tjuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan, baik penentuan dan perumusan tujuan mengajar, bahan ajar, dan proses mengajar. Sukmadinata (Alhamuddin,2019;7).

E. BAB VII (Organisasi-Organisasi Pengembangan Kurikulum)

g.3.1. Separated Subject Curriculum

Tipe ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, di mana antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali, sehingga banyak mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.

g.3.2. Correlated Curriculum

Correlated curriculum adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memerhatikan ciri karakteristik tiap bidang studi tersebut.

g.3.3. Broad Fields Curriculum

Hilda Taba menagatakan bahwa “The Broad Fields Curriculum is essentialy an effort to automatization of curriculum by combining several specific area large fields”. Jadi, Broad Fields Curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan mengombinasikan beberapa mata pelajaran. Sebagai contoh, Sejarah, Geografi, Ilmu Ekonomi, Ilmu politik disatukan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

g.3.4. Integrated Curriculum

Integrated curriculum pelajaran yang dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topik tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membantu peserta didik menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah.

F. BAB VIII (Model Pengembangan Kurikulum)

h.3.1. Raph Tyler

Dalam model ini, Tyler menegaskan perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Dalam model Tyler ini ada empat tahap yang dilakukan dari pengembangan kurikulum.

1. Menentukan tujuan pendidikan, Maksudnya tujuan pendidikan adalah arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam pembelajaran. Tyler menjelaskan tiga aspek penentuan tujuan pendidikan, yaitu hakekat peserta didik, kehidupan masyarakat masa kini dan pandangan para ahli bidang studi.

2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan, Maksudnya penentuan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan. Salah satu yang harus diperhatikan adalah persepsi dan latar belakang peserta didik.

3. Menentukan organisasi pengalaman belajar dan menentukan evaluasi, Maksudnya setelah proses pembelajaran diperlukan pengalaman belajar di dalamnya meliputi tahapan-tahapan belajar, isi atau materi belajar. Bahan yang harus dipersiapkan peserta didik dan pengalaman apa yang harus dilakukan. 

4. Menentukan evaluasi pembelajaran, Maksudnya menentukan evaluasi apa yang cocok digunakan merupakan rangkaian terakhir dari model Tyler.

h.3.2. Hilda Taba

Ciri-ciri dari model Hilda Taba yakni harus ada informasi tentang masukan (input) pada setiap langkah proses kurikulum. Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi) kurikulum yang logis dan individu pelajar (psikologi organisasi). Taba mengklaim bahwa semua kurikulum disusun dari elemen-elemen dasar. Suatu kurikulum biasanya berisi beberapa seleksi dan organisasi isi, itu merupakan manifestasi atau implikasi dari bentuk-bentuk (patterns) belajar dan mengajar.

h.3.3. DK Wheeler

Ciri pengembangan model DK Wheeler ini yakni proses pengembanan kurikulum menggunakan sistem melingkar (a cycle process) dimana setiap elemen saling berhubungan dan saling bergantung.

h.3.4. Audrey and Howard Nicholls

Ciri-ciri kurikulum model ini yakni menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum baru yang muncul dari adanya perubahan situasi. Model pengembangan kurikulum ini menekankan pada kurikulum proses yang bersiklus atau berbentuk lingkaran, dan dilakukan demi langkah awal, analisis situasi (situational analysis).

h.3.5. Model Administratif

Pengembangan kurikulum model ini diawali dengan ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atau pembuatan keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.

h.3.6. Grass Roots

Ciri kurikulum model Grass Roots kebalikan dari model Administratif. Model Grass Roots dimulai dari bawah. Dalam prosesnya diawali dan digagasi oleh guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. 

h.3.7. Kurikulum Terpadu

Model pengembangan Kurikulum Terpadu (integrated curriculum) mengikuti cara yang pada dasarnya mengandung aspek-aspek yang sama dengan pengembangan kurikulum lainnya, hanya saja setiap kurikulum memiliki variasi menurut hakekat kurikulum bersangkutan.  (Muhammad Arifin, 2021)

 

2. Ringkasan Buku 2 (Buku Pembanding)

A. BAB I (Konsep Kurikulum)

1.2 Konsep Kurikulum

Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno. Dalam bahasa prancis, istilah kurikulu berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run).

Kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran dan program pendidikan yang bersifat menyeluruh yang disusun dengan berbagai landasan dan rekonstruksi pengetahuan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pendidikan (Ibrahim dkk., 2015).

Adapun S. Nasution, dikutip oleh Asep Jihad (2008: 2) mendefinisikan kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah.

1.4 Fungsi Kurikulum

1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

2. Fungsi Integrasi (the integrating function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.

3. Fungsi Diferensiasi (the differentiation function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.

4. Fungsi Persiapan (the propaedutic function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.

5. Fungsi Pemilihan (the selective function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan niatnya.

6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

Bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

1.5 Peranan Kurikulum

1. Peranan Konservatif

Bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial.

2. Peranan Kreatif

Bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.

3. Peranan Kritis dan Evaluatif

Bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nili-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.

1.7 Komponen Kurikulum

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan.

2. Komponen Isi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.

3. Komponen Metode

Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak.

4. Komponen Evaluasi

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.

B. BAB II (Perencanaan Kurikulum)

2.9 Perencanaan Pengorganisasian Kurikulum

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Menurut Sowell (2010: 135) konsep organisasi kurikulum:

1. Subject matter designs:

a. Single subject designs

b. correlated subjects

c. Broad fields

d. Interdisciplinary integrated studies

e. Thematic instruction

2. Society-culture-based designs/ sosial function and activities designed

3. Learner-based designed:

a. Organic curriculum

b. Development curriculum

4. Other designs:

a. Technology as curriculum

b. School-to-work curriculum

c. Core curriculum

C. BAB III (Filosofi Pengembangan Kurikulum)

3.2 Landasan Pengembangan Kurikulum

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum, yaitu akan membahas dan mengidentifikasi landasan filsafat dan implikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktik-praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat.

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum, yaitu akan membahas dan mengidentifikasi landasan psikologis dan implikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Kondisi psikologis sebenarnya merupakan karakter psiko-fisik seseorang sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi dengan lingkungannya. 

3. Landasan Sosial Budaya

Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan lahir manusia-manusia yang bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.

4. Landasan Yuridis

Kurikulum pada dasarnya adalah produk yuridis yang ditetapkan melalui keputusan menteri pendidikan Nasional RI. Dengan demikian landasan yuridis pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945 (pembukaan alinia IV dan pasal 31), peraturan-peraturan perundangan seperti:UU tentang pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003), UU Otonomi Daerah, Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan, dan peraturan-peraturan daerah dan sebagainya (Prawijaya, 2015).

D. BAB V (Desain Kurikulum)

Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu The Areas Of Living Design, dan The Core Design (Stirman Bella, 2015).

a. The Areas Of Living Design

b. The Core Design

Correlated curriculum. Isi kurikulum disajikan tidak terpisah, tetapi pada mata pelajaran yang berdekatan/ sejenis dikelompokkan sehingga menjadi satu bidang studi (broadfield).

Intergated curriculum. Isi kurikulum tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran. Proses belajar dilakukan dari suatu pokok masalah yang harus dipecahkan (unit).

Model-Model Pengembangan Kurikulum:

1. Model Tyler; lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. 

2. Model Taba; Bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan; Ada lima langkah: a. Menghasilkan unit-unit percobaan: b. Menguji coba unit eksperimen: c. Merevisi dan mengkosolidasikan unit-unit eksperimen: d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum: e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji.

3. Model Oliva; Kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik. Model Oliva, model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi: 1) untuk penyempurnaan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus (studi tertentu), 2) dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum, dan 3) dapat digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara khusus.

4. Model Beucamp; Ada lima langkah: a) menetapkan wilayah/arena yang akan melakukan suatu perubahan kurikulum, b) menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum, c) menetapkan prosedur yang akan ditempuh, d) implementasi kurikulum, e) melaksanakan evaluasi kurikulum.

5. Model Wheeler; Pada model Wheeler menetapkan lima fase/tahapan yang merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis/berurut. 1) tujuan umum & khusus, 2) menentukan pengalaman belajar, 3) menentukan isi materi, 4) mengorganisasikan pengalaman dan bahan belajar, 5) evaluasi.

6. Model Nicholis; Model pendekatan siklus. Ada lima langkah pengembangan:

a. Analisis situasi

b. Menentukan tujuan khusus

c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran

d. Menentukan dan mengorganisasi metode

e. Evaluasi menentukan tujuan khusus.

7. Model Dynamic Skillbeck; Pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan sekolah. Ada lima langkah pengembangan: a) menganalisis situasi, b) memformulasikan tujuan, c) menyusun program, d) interpretasi dan implementasi, e) monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi (Saraa, 2015)  (Dr. Muhammad Busro dan Dr. Siskandar, 2017)


BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku

A.1 Pembahasan Tentang Defini Kurikulum

Kurikulum menurut buku wajib yang di review sebagai rancangan yang membuat seperangkat mata pelajaran dan/atau materinya yang akan dipelajari, atau yang akan diajarkan guru kepada siswa. Wiggins & MC Tighe (Ansyar, 2015; 22). Sedangkan pada buku pembanding yang di review, kurikulum sebagai seperangkat rencana pembelajaran dan program pendidikan yang bersifat menyeluruh yang disusun dengan berbagai landasan dan rekonstruksi pengetahuan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pendidikan (Ibrahim dkk., 2015). Berdasarkan kedua pendapat di atas kurikulum adalah sebuah rancangan yang berisikan materi atau bahan ajar yang bersifat menyeluruh yang digunakan sebagai pedoman untuk menyampaikan pembelajaran dan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Definisi kurikulum yang dijelaskan pada buku wajib tidak terlalu banyak mengacu pada ahli, sedangkan definisi kurikulum yang dijelaskan pada buku pembanding terlalu banyak mengacu pada ahli.

A.2 Pembahasan Tentang Fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum menurut buku wajib yang di review terdapat dua fungsi. Yaitu fungsi kurikulum menurut ahli dan fungsi kurikulum bagi siswa. Sedangkan fungsi kurikulum menurut buku pembanding yang di review hanya terdapat fungsi kurikulum bagi siswa saja. Adapun fungsi kurikulum menurut ahli yang ada pada buku wajib yaitu menurut Asep Herry Hernawan dan Riche Cynthia (Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran UPI, 2013, 9-10) terdiri dari fungsi kurikulum bagi guru, fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pengawas, fungsi kurikulum bagi orangtua, fungsi kurikulum bagi masyarakat, dan fungsi kurikulum bagi siswa. Sedangkan fungsi kurikulum bagi siswa yang ada pada kedua buku yaitu terdiri dari fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik. Untuk penjelasan isi keduanya hampir sama.

A.3 Pembahasan Tentang Peranan Kurikulum

Peranan kurikulum pada buku wajib yang di review terdiri dari dua peranan. Yaitu peranan kurikulum dan peran guru dalam kurikulum. Sedangkan peran kurikulum pada buku pembanding hanya menjelaskan mengenai peran kurikulum saja. Untuk penjelasannya hampir sama dengan penjelasan yang ada pada buku wajib. Hanya saja pada buku wajib lebih lengkap karena terdapat peran guru dalam kurikulum.

A.4 Pembahasan Tentang Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pada buku wajib yang di review, pembahasan yang ada tidak hanya mengenai landasan pengembangan kurikulum saja. Tetapi juga terdapat pembahasan mengenai prinsip pengembangan kurikulum. Sedangkan pada buku pembanding yang di review hanya terdapat pembahasan mengenai landasan pengembangan kurikulum saja. Untuk pembahasan pada landasan pengembangan kurikulum tidak ada yang beda pada penjelasannya. Buku wajib lebih lengkap penjelasannya dibandingkan buku pembanding.

A.5 Pembahasan Tentang Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum

Komponen-komponen pengembangan kurikulum yang ada pada buku wajib yang di review sama dengan komponen-komponen pengembangan kurikulum yang ada pada buku pembanding yang di review. Perbedaannya hanya terletak pada definisi komponen saja. Pada buku wajib, sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu apa itu komponen, lalu setelah itu membahas mengenai komponen-komponen pengembangan kurikulum. Adapun definisi dari komponen yang ada pada buku wajib yaitu komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan kurikulum. Adapun komponen-komponen tersebut yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi.

A.6 Pembahasan Tentang Organisasi Pengembangan Kurikulum

Organisasi pengembangan kurikulum pada buku wajib yang di review terdiri atas Separated subject curriculum, Correlated curriculum, Broad fields curriculum, Integrated curriculum. Sedangkan organisasi pengembangan kurikulum yang ada pada buku pembanding yang di review letaknya terpisah dan tidak selengkap pada buku wajib. Organisasi pengembangan kurikulum yang ada pada buku pembanding yaitu berdasarkan ahli yang bernama Sowell (2010: 135) menurutnya konsep organisasi kurikulum terdiri dari:

Subject matter designs yang terdiri atas Single subject designs, Correlated subject, Broad fields, Interdisciplinary integrated studies, dan Thematic instruction. Pada konsep selanjutnya yaitu Society-culture-based designs/social function and activities designed. Konsep selanjutnya yaitu Learner-based designed yang terdiri dari Organic curriculum dan Development curriculum. Konsep terakhir yaitu Other designs yang terdiri dari Technology as curriculum, School-to-work curriculum, dan Core curriculum. Yang terpisah yaitu penjelasan Correlated curriculum dan Integrated curriculum. Dan di antara semua itu, hanya Correlated curriculum dan Integrated curriculum saja yang memiliki penjelasan. Sedangkan pada buku wajib, keseluruhannya dijelaskan.

A.7 Pembahasan Tentang Model Pengembangan Kurikulum

Model pengembangan kurikulum pada buku wajib yang di review dengan Model pengembangan kurikulum pada buku pembanding hampir sama. Hanya saja, beberapa modelnya berbeda. Adapun model yang berbeda itu adalah pada buku wajib terdapat Model administrasi, Model Grass roots, dan Model kurikulum terpadu. Sedangkan model yang berbeda pada buku pembanding yaitu, Model oliva, Model beucamp, dan Model dynamic skillbeck.

B. Kelebihan dan Kekurangan buku

Kelebihan Buku Wajib

Buku Modul Kurikulum dan Pembelajaran karangan Muhammad Arifin, M.Pd setelah di tinjau dari segi covernya memiliki tampilan cover yang keren dan bagus, sehingga dapat menarik perhatian pembaca. Sedangkan dari segi isinya, buku ini memiliki penjelasan yang lengkap dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, di beberapa pembahasan buku ini menggunakan tabel untuk beberapa penjelasan, dan itu membuat penjelasan atau materi tersebut rapi, menarik, juga mudah dipahami. Penjelasan yang ada pada buku ini juga dijelaskan secara detail dan lengkap.

Kelebihan Buku Pembanding

Buku Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum karangan Dr. Muhammad Busro setelah ditinjau dari segi covernya memiliki tampilan cover yang menarik dengan warna yang tidak terlalu menonjol. Sehingga dapat menarik pembaca untuk membaca buku tersebut. Sedangkan dari segi isinya, buku ini memiliki penjelasan yang sangat lengkap dan membuat pembaca mendapatkan banyak sekali informasi mengenai kurikulum pada buku ini. Dan bahasa yang digunakan pada setiap penjelasan juga mudah dipahami dan di jelaskan dengan detail.

Kekurangan Buku Wajib

Buku Modul Kurikulum dan Pembelajaran karangan Muhammad Arifin, M.Pd memiliki tampilan penulisan isi buku yang rapi akan tetapi masih terdapat banyak sekali kata yang salah ketik. Selain itu penggunaan kata “Defenisi” ternyata salah, dan yang benar adalah “Definisi”.

Kekurangan Buku Pembanding

Buku Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum karangan Dr. Muhammad Busro memiliki tampilan isi buku yang hampir keseluruhan penjelasan pada setiap materi selalu mengacu pada ahli. Terlalu banyak pendapat ahli yang di jelaskan, hal itu akan membuat pembaca bosan dan bingung. Dan juga terdapat kata yang salah ketik.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum adalah sebuah rancangan pembelajaran yang sudah di susun, yang kemudian akan dipelajari oleh guru serta para peserta didik dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bagus. Dalam penyusunannya perlu diketahui mengapa kurikulum itu dibuat dan untuk siapa kurikulum itu dibuat. Kurikulum sangat penting dalam pendidikan, karena kurikulum merupakan acuan para guru untuk memberikan pengajaran yang sudah di susun.

B. Saran

Saran untuk kedua buku yaitu harus lebih memperhatikan pengetikan kata yang benar agar tidak salah, dan jangan terlalu banyak menjelaskan mengenai pendapat para ahli yang akan membuat para pembaca bingung.


DAFTAR PUSTAKA

Bibliography

Dr. Muhammad Busro dan Dr. Siskandar, M. (2017). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Media Akademi.

Muhammad Arifin, M. U. (2021). Modul Kurikulum dan Pembelajaran. Medan: UMSU PRESS.


















 





Komentar